Teori Pola Keruangan Kota dan Potensi-potensi Kota

Teori Pola Keruangan Kota dan Potensi-potensi Kota

Teori Pola Keruangan Kota dan Potensi-potensi Kota

Halo, Sahabat Kritis, dalam artikel kali ini, kita akan membahas mengenai Teori Pola Keruangan Kota dan Potensi-potensi Kota. kota memiliki gaya pola keruangan yang berbeda beda antar kota, kota satu dengan yang lain. dengan memiliki pola keruangan kota yang berbeda tersebut, maka kota kota tersebut memiliki potensi dan tata ruang yang berbeda juga. Apa saja pola keruangan kota? dan Apa saja potensi potensi yang dimiliki suatu kota? kita simak artikel dibawah.

Teori Pola Keruangan Kota

Berikut merupakan teori pola keruangan kota, teori konsentrik, teori sektoral, dan teori init ganda, yakni:

Teori Konsentris oleh E.W Burgess

Menurut teori ini daerah perkotaan dibagi menjadi 6 wilayah, yaitu:
  1. Pusat Daerah Kegiatan (PDK) juga disebut Central Business Distric ditandai dengan adanya pusat pertokoan, kantor pos, bank, bioskop, dan pasar.
  2. Wilayah peralihan (transisi).  Ditandai dengan industri manufaktur, pabrik. dan pola penggunaan lahan merupakan pola campuran
  3. Wilayah pemukiman masyarakat berpendapatan rendah (proletar)
  4. Wilayah pemukiman masyarakat kelas menengah (residential zone)
  5. Wilayah tempat tinggal masyarakat penghasilan tinggi (elite)
  6. Zona daerah penglaju (commuter)

Teori Sektoral oleh Homer Hoyt

Isi dari teori ini adalah bahwa unit-unit diperkotaan tidak mengikuti zona-zona teratur secara konsentris, tetapi membentuk sektor sektor yang sifatnya lebih bebas
  1. Central Business Distric(CBD) atau pusat daerah kegiatan bisnis yang terdiri atas bangunan-bangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan;
  2. Sektor kawasan industri ringan dan perkantoran;
  3. Sektor kaum buruh yaitu, kawasan pemukiman kaum buruh;
  4. Sektor pemukiman kaum menengah
  5. Sektor pemukiman kaum elite (eksekutif dan pejabat)

Teori Inti Ganda oleh Harris dan Ullman

Teori inti ganda terdapat sektor sektor:
  1. Pusat kota atau CBD (Central Businnes Distric)
  2. Kawasan niaga dan industri ringan
  3. Kawasan pemukiman kaum buruh
  4. Kawasan pemukiman kaum menengah
  5. Kawasan pemukiman kaum kaya
  6. Pusat industri berat
  7. Pusat pembelanjaan di daerah pinggiran
  8. Kawasan perumahan pegawai yang bekerja dikota
  9. Kawasan industri
 

Sejarah Pertumbuhan Kota di Indonesia

Sejarah pertumbuhan kota di Indonesia pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi :

  • Pertumbuhan kota yang berasal dari pusat perkebunan
Pada zaman Belanda Jawa dan Sumatera merupakan daerah yang sangat subur, kondisi yang demikian dapat dijadikan sebagai daerah perkebunan sawit, karet, teh, dll.  Disini penduduk akan berkembang semakin banyak dan semakin komplek.  Misalnya : Jambi, Maluku, Subang, Bandung, Bogor, Palembang

  • Pertumbuhan kota yang berasal dari pusat perdagangan
Umumnya menenpati daerah pantai misalnya, Jakarta, Surabaya, Semarang.  Disamping kota Pematang Siantar, Malang, Temanggung.

  • Pertumbuhan kota yang berasal dari pertambangan
Lokasi ditemukannya aneka hasil tambang ternyata menarik dan memberi pengaruh terhada gejala pemusatan penduduk misalnya, Kota Cepu penghasil minyak tanah, Bangka Belitung daerah tambang timah, Pangkal Pinang, Dumai, Tembaga Pura, Bontang, Soroako, Martapura dll.

  • Pertumbuhan kota yang berasal dari pusat administrasi. Misalnya Jakarta, Yogyakarta dll
 

Potensi-potensi Kota

Kota memiliki berbagai macam potensi, yakni:
  1. Potensi Ekonomi. Fasilitas memenuhi kebutuhan hidup warga.  Misalnya Bank, Pasar, Kawasan Industri, transportasi
  2. Potensi Sosial. Fasilitas yang menimbulkan keserasian, ketenagan hidup.  Misalnya tempat ibadah, RS, hiburan, yayasan/organisasi sosial
  3. Potensi Politik. Aparatur yang menjalankan tugas melayani masyarakat.  Misalnya PARPOL, lembaga politik.
  4. Potensi Budaya. Sarana pendidikan dan kesenian memberi semangat dan gairah hidup warga kota.
 

Tahap Perkembangan Kota

Berdasarkan macam bangunannya tahap perkembangan kota:
  1. Stadia Infantile. Tahap tidak ada pemisahan tempat tinggal dengan wilayah komersial, tidak ada pemisahan kaya miskin, tidak teratur.
  2. Stadia Juvennile. Rumah tua  terdesak bangunan baru, sudah nampak pemisahan antara toko/perusahaan dengan tempat tinggal
  3. Stadia Mature. Tumbuh area baru.  Misalnya kawasan perdagangan, perumahan di rancang dengan baik.
  4. Stadia Sensile. Terjadi kemunduran dalam berbagai aktivitas kehidupan,  kurang pemeliharaan yang baik dari segi ekonomi, politik, ekonomi menyebabkan kemunduran.
 

Tata Ruang Kota atau Zona

Zona adalah daerah yang mempunyai jalur-jalur linier yang teratur dalam ruang. Berdasakan keadaan tata ruang kota dengan lingkungannya dapat dikelompokan menjadi:

Inti Kota (Core of City)

Merupakan pusat kegiatan ekonomi, politik, kebudayaan, daerah ini sering disebut pusat daerah kegiatan (PDK) atau Central Businnes Distric (CBS).  Wujud dari pusat kegiatan ini berupa komplek pertokoan, pemukiman, perkantoran, stasiun, terminal, bus, pasar, sekolah, rekreasi.

Selaput Inti Kota

Merupakan daerah luar dari inti kota sebagai akibat tidak tertampungnya kugiatan dalam kota.  Daerah diluar dari PDK ini disebut selaput inti kota (SIK) atau integuement. Pola unit kegiatan akibat perkembangan inti kota antara lain:
  1. Sentralisasi yaitu timbulnya gejala pengelompokan pada suatu titik atau menjadi PDK, atau Nukleasi utama
  2. Nukleasi fungsinya sebagi PDK tetapi lebih kecil
  3. Desentralisasi adalah timbulnya suatu gejala untuk menjauhi titik utama
  4. Saggregasi yaitu pengelompokan perumahan yang terpisah satu sama lain karena terjadinya perbedaan sosial ekonomi dan cultural.  Misalnya, daerah elit, Releestait, daerah slum.
Ciri-ciri daerah slum (Slum area) daerah kumuh, adalah:
  1. Daerah ini merupakan pemukiman yang didiami oleh warga kota yang gagal dalam ekonominya
  2. Lingkungan daerahnya biasnya tidak sehat
  3. Daerah ini biasanya didiami oleh para penganggur
  4. Emosi penduduknya tidak stabil, demoralisasi dan kriminalitas meningkat

Kota Satelit

Suatu daerah yang memiliki sifat perkotaan dan daerah ini memberi daya dukung bagi kehidupan kota. Ciri-cirinya adalah:
  1. Lebih merupakan pusat-pusat kecil dibidang industri sehingga dapat dikatakan berfungsi sebagai kota produksi
  2. Jumlah penduduknya lebih besar dari sub urban
  3. Biasanya berfungsi sebagai tempat tinggal, biasanya luasnya lebih kecil dari pada kota satelit
  4. Biasanya letak dari sub urban lebih dekat dengan pusat-pusat kota yang lebih besar
 

Sub Urban

Suatu daerah disekitar pusat kota yang berfungsi sebagai pemukiman dan manufaktur, masyarakatnya masih mempunyai ketergantungan terhadap kota tersebut.  Menurut Walter T Martin sub urban merupakan kelompok masyarakat yang relative kecil dan berdiam dekat kota besar tersebut.

Sekian artikel mengenai Teori Pola Keruangan Kota dan Potensi-potensi Kota. dijelaskan dengan detail mengenai teori pola keruangan kota, sejarah pertumbuhan kota di indonesia, potensi potensi kota, tahap perkembangan kota, dan tata ruang kota atau zona. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan kekritisan anda semuanya

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

1 comments:

comments

Berkomentarlah dengan cara : Jangan SPAM dan Jangan Berkata yang Tidak Sepantasnya